.
.

Makalah Saluran Pemasaran Pepaya California



Makalah Saluran Pemasaran Pepaya California
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis,  berpeluang  besar  bagi  pengembangan  budidaya tanaman  buah-buahan, terutama  buah-buahan  tropika.  Buah-buahan  merupakan salah  satu  komoditi pertanian yang penting dan terus ditingkatkan produksinya baik untuk memenuhi konsumsi  dalam  negeri  maupun  luar  negeri.  Permintaan  terhadap  buah-buahan yang  semakin  tinggi  juga  dapat  membuka  peluang  bagi peningkatan  agribisnis buah sehingga diharapkan dapat bersaing dengan negara-negara lainnya terutama dalam  mengatasi  perdagangan  bebas  saat  ini.  Peningkatan  kualitas  buah merupakan  salah  satu  upaya  dalam  mengatasi  persaingan  tersebut  disamping peningkatan produksi dan efisiensi usaha.
Salah  satu  jenis  tanaman  buah-buahan  yang  sangat  digemari  oleh masyarakat  adalah  pepaya.  Pepaya  (Carica  papaya L.)  adalah  tumbuhan  yang berasal dari Meksiko bagian Selatan dan bagian Utara dari Amerika Selatan dan kini telah tersebar luas di seluruh dunia. Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba  dari  famili  Caricaceae  dan  merupakan  komoditi hortikultura  yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Sebagai  buah  segar,  pepaya  relatif  disukai  semua  lapisan  masyarakat karena cita rasanya yang enak, kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan oleh  tubuh  manusia.  Buah  pepaya  mengandung  enzim  papain  yang  sangat  aktif dan  memiliki  kemampuan  mempercepat  proses  pencernaan  protein,  karbohidrat dan lemak. Bagian tanaman pepaya lainnya juga dapatdimanfaatkan, antara lain sebagai  obat  tradisional,  pakan  ternak  dan  kosmetik.  Pepaya  juga  dapat  diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman yang diminati pasar luar negeri seperti olahan puri, pasta pepaya, manisan kering, manisan basah, saus pepaya dan juice  pepaya.  Bahkan  bijinyapun  dapat  diolah  lebih  lanjut  menjadi  minyak  dan tepung.
Komposisi buah dan daun pepaya dapat dilihat pada Tabel 1.









Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI
Dari  tabel  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  kandungan  gizi  tertinggi  yang terdapat dalam buah pepaya adalah vitamin A, yaitu  365 IU pada buah masak, 50 IU  pada  buah  mentah,  dan  18.250  IU  pada  daun.  Hal  ini  dapat  menunjukkan bahwa buah pepaya sangat penting dikonsumsi oleh manusia.
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya  gizi buah tersebut,  dapat  meningkatkan  permintaan  terhadap  pepaya  sehingga  jumlah pasokan pepaya juga harus ditingkatkan. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan pengembangan budidaya pepaya dan peningkatan produktivitas dengan cara efisiensi produksi dan perluasan skala usaha. Perkembangan dan peningkatan produktivitas, luas panen dan produksi pepaya Indonesia disajikan pada Tabel 2.






Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2006)
Tabel 2 menunjukkan produksi pepaya dari tahun 2000 hingga tahun 2004 mengalami  peningkatan,  walaupun  kenyataannya  jumlah luas  panen  pada  tahun 2003 hingga tahun 2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah produksi pepaya di Indonesia menurun hingga 25,11 persen, dimana pada tahun 2005 luas panen  juga  menurun  hingga  mencapai  13,74.  persen  dari  tahun  2004.  Hal  ini mungkin  disebabkan  oleh  ad nya  petani  yang  menjual  lahannya  kepada  pihakpihak  tertentu  untuk  dijadikan  sebagai  pemukiman  penduduk  ataupun  sebagai bisnis.
Peluang  pengembangan  pepaya  di  Indonesia  tidak  lepas  dari  tingkat konsumsi  masyarakat  akan  buah  pepaya  tersebut.  Konsumsi  buah  pepaya  di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi Buah Pepaya Per kapita di Indonesia Tahun 2002-2005






Sumber: Data Susenas, 2007
Tabel 3 dapat dilihat bahwa konsumsi buah pepaya per kapita di Indonesia pada  Tahun  2003  mengalami  peningkatan  sebesar  8,93  persen  dari  tahun  2002.
Namun  pada  tahun-tahun  berikutnya  konsumsi  pepaya  mengalami  penurunan. Bahkan pada tahun 2005, konsumsi pepaya di Indonesia hanya sebesar 2,29 kg per kapita per tahun. Hal ini seiring dengan penurunan jumlah produksi dan luas panen yang terbesar pada tahun tersebut. Selain itu, menurunnya jumlah dan nilai ekspor maupun impor dapat menyebabkan jumlah konsumsi buah pepaya tersebut menjadi menurun (Tabel 4).
Buah  pepaya  telah  menjadi  komoditi  perdagangan  Internasional  saat  ini dan  menjadi  produk  ekspor  beberapa  negara  produsen  di  kawasan  Asia  seperti
Malaysia,  Thailand,  Philipina  dan  Indonesia.  Pada  kenyataannya  buah  pepaya belum menjadi produk ekspor unggulan Indonesia yangdapat diandalkan karena produksinya  masih  terbatas  dan  bahkan  belum  mencukupi  kebutuhan  dalam negeri.
Tabel 4. Perkembangan ekspor dan impor buah pepaya di Indonesia Tahun 2002- 2005








Sumber: Badan Pusat Statistik (2006)
Berdasarkan  Tabel  4  di  atas  dapat  dilihat  peningkatan  ekspor  pepaya tertinggi terjadi tahun 2003 sebesar 5.618,65 persen, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan sebesar 88,47 persen. Peningkatanekspor pepaya tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbaikan varietas bibit pepaya yang disesuaikan dengan selera konsumen. Selain itu, nilai tukar luar negeri yang relatif lebih tinggi dapat mendorong  pengusaha  untuk  melakukan  ekspor  pada  tahun  tersebut.  Semakin meningkatnya  permintaan  buah  pepaya  dalam  negeri,  menyebabkan  Indonesia harus  mengimpor  dari  luar  agar  kebutuhan  masyarakat dapat  terpenuhi.
Peningkatan  impor  pepaya  tertinggi  terjadi  pada  tahun  2004  sebesar  498,95 persen,  hal  ini  mungkin  disebabkan  oleh  peningkatan nilai  impor  pada  tahun tersebut yaitu sebesar 554,61 persen dari nilai impor pada tahun 2003.

1.2.  Perumusan Masalah

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae dan merupakan  komoditi  hortikultura  yang  mempunyai  nilai  ekonomis  yang  tinggi. Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari petani untuk dikembangkan adalah pepaya California.

Gambar  diatas  dapat  dilihat  bahwa  pepaya  California  memiliki  ukuran  yang relatif  kecil.  Daging  buahnya  yang  merah  dan  rasanya  yang  manis  menjadikan buah  ini  memiliki  keunggulan  tersendiri.  Berat  buah pepaya  California  berkisar antara 0,5  hingga  2,0 kg  per  buahnya,  dan  tinggi  pohonnya  dapat  mencapai 0,7 hingga 2 meter di atas permukaan tanah.
Pepaya  California  merupakan  varietas  pepaya  baru  yang  kini  sangat digemari para petani karena menjanjikan keuntungan.Tempat penanaman pepaya California diantaranya terletak di desa Cimande dandesa Lemahduhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pepaya California adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan buah tersendiri, rasanya lebih manis, lebih tahan lama,  dan  bisa  dipanen  lebih  cepat  dibandingkan  pepaya  varietas  lain.  Pepaya California  banyak  diminati  karena  ukurannya  tidak  terlalu  besar,  kulitnya  lebih halus dan mengkilat. Pohon pepaya California sudah bisa dipanen setelah berumur sembilan bulan, dan pohonnya dapat  berbuah hingga  umur  empat  tahun.  Dalam satu  bulan,  pohon  pepaya  California  tersebut  bisa  dipanen  sampai  delapan  kali.
 Adanya permintaan dari supermarket yang berkelanjutan terhadap pepaya California, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani pepaya California tersebut. Bahkan, adanya petani responden yang  mengalihkan  usahanya  untuk  mencoba  melakukan  usahatani  pepaya California dapat memberikan gambaran bahwa usahatani tersebut sangat digemari para  petani  tersebut..  Hal  ini  disebabkan  oleh  usahatani  tersebut  dapat memberikan keuntungan yang cukup tinggi.
Jumlah  produksi  pepaya  California  yang  dihasilkan  petani  sangat dipengaruhi  oleh  luas  lahan  yang  dimilikinya.  Adanya  luas  lahan  yang  tidak seragam  yang  dimiliki  setiap  petani,  akan  menyebabkan  jumlah  produksi  yang dihasilkan juga berbeda. Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang  dimiliki  oleh  para  petani  tersebut  untuk  melakukan  kegiatan  usahatani pepaya  California  tersebut,  juga  sangat  berpengaruh terhadap  besarnya  jumlah produksi  yang  dihasilkannya.  Hal  tersebut  akan  mempengaruhi  tingkat penerimaan yang diperoleh petani tersebut.
Karakteristik  pepaya  yang  cepat  mengalami  kematangan  dan  kerusakan buah,  menyebabkan  petani  tersebut  memerlukan  pemasaran  yang  cepat,  karena jika  penanganannya  tidak  cepat  dapat  menimbulkan  biaya  penyusutan  berupa penurunan  harga  karena  kondisi  pepaya  yang  tidak  segar  lagi.  Jauhnya  daerah pemasaran dari sentra produksi memungkinkan timbulnya risiko yaitu: (1) apabila petani tersebut langsung menjual produknya ke konsumen akhir akan memerlukan biaya  transportasi  yang  tinggi,  (2)  apabila  petani  menjual  hasil  produksinya  di daerahnya, maka petani tersebut akan menerima hargajual yang terlalu rendah.
Efisien atau tidaknya suatu saluran pemasaran, dipengaruhi oleh lembagalembaga pemasaran yang terkait di dalamnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan pepaya dari petani responden hingga konsumen akhir adalah:  produsen  atau  yang  disebut  sebagai  petani  responden,  supplier  dan pedagang  pengecer.  Lembaga  pemasaran  yang  berfungsi sebagai  penghubung akan membentuk pola saluran pemasaran pepaya California tersebut.
Diantara  lembaga  pemasaran  yang  ada,  posisi  petani  adalah  yang  paling rendah. Rendahnya posisi tersebut disebabkan oleh kebutuhan rumah tangga yang mendesak sementara daya beli relatif rendah. Selainitu, kurang tersedianya sarana transportasi dan informasi mengenai harga pasar menyebabkan petani mengalami kesulitan  dalam  menetapkan  harga  jualnya  sehingga  terjadi  perbedaan  harga cukup besar antara harga yang diterima petani dan harga yang diterima pengecer.
Harga jual di tingkat petani responden yang berkisar antara Rp 1900 hingga Rp 2200 per kg, cukup jauh bedanya dengan harga jual pedagang pengecer sebesar Rp  7500.  Hal  ini  menyebabkan  bagian  yang  diterima  petani  menjadi  rendah, sehingga perumusan masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.  Berapa  tingkat  pendapatan  usahatani  pepaya  California  di  daerah  penelitian dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya?
2. Bagaimana bentuk saluran pemasaran pepaya California dari petani/produsen sampai ke konsumen akhir di daerah penelitian?
3.  Apakah  sistem  pemasaran,  saluran  pemasaran  mulai  dari  produsen  kepada konsumen akhir pada setiap lembaga sudah efisien?



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Tinjauan Umum Komoditi Pepaya
            Pepaya  (Carica  papaya  L.),  salah  satu  buah  introduksi  yang  telah  lama dikenal  berkembang  luas  di  Indonesia,  merupakan  tanaman  monodioecious(berumah  tunggal  sekaligus  berumah  dua).  Pepaya  adalah  jenis  tanaman  herba, batangnya  berongga  biasanya  tidak  bercabang  dan  tingginya  dapat  mencapai  10 meter.  Daunnya  merupakan  daun  tunggal  dan  berukuran besar,  tangkai  daun berukuran  panjang  dan  berongga.  Bunganya  terdiri  dari  tiga  jenis  yaitu:  bunga jantan,  bunga  betina  dan  bunga  sempurna.  Bentuk  buah  beragam  dari  yang bentuknya bulat sampai lonjong. Sentra produksi pepaya antara lain Jawa Timur, Jawa  Barat,  Jawa  tengah,  DI  Yogyakarta,  Sulawesi  Selatan,  Bali,  NTB  (Kalie, 2007).
Buah  pepaya  memiliki  banyak  varietas,  pengelompokan  tanaman  pepaya ke  dalam  beberapa  varietas  didasarkan  pada  bentuk,  ukuran,  warna  dan  tekstur buahnya. Jenis pepaya yang banyak dikenal orang di  Indonesia, yaitu: 1 Pepaya semangka,  memiliki  daging  buah  berwarna  merah  semangka,  rasanya  manis.  2) Pepaya  burung,  warna  daging  buah  kuning,  harum  baunya  dan  rasanya  manis- asam.  Varietas  yang  mulai  dikembangkan  saat  ini  adalah  pepaya  Meksiko. Pepaya Meksiko sering disebut pepaya varietas Soloatau pepaya tunggal karena memiliki  ukuran  buah  yang  kecil-kecil  dan  hanya  cukup  untuk  satu  orang.
Ukuran buahnya kecil dan bentuknya mirip buah alpukat, bulat berleher. Daging buahnya berwarna kuning dan rasanya manis. Berat per buahnya sekitar 0,5 kg. Jenis pepaya ini tahan terhadap kerusakan selama pengangkutan.

2.2.  Syarat Tumbuh
Tanaman pepaya merupakan tanaman buah-buahan tropika yang beriklim basah,  tumbuh  subur  pada  daerah  yang  memilki  curah  hujan  1000-2000 mm/tahun.  Angin  diperlukan  untuk  penyerbukan  bunga, agar  tanaman  pepaya tumbuh dengan baik maka angin tidak boleh terlalu kencang. Suhu udara optimum untuk  pertumbuhan  pepaya  berkisar  antara  22-26 C  dengan  kelembaban  udara sekitar  40%.  Tanah  yang  baik  untuk  tanaman  pepaya  adalah  tanah  yang  subur, gembur, banyak mengandung humus dan memiliki daya menahan air yang tinggi.
Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7. Kandungan  air  dalam  tanah  merupakan  syarat  penting  dalam  kehidupan tanaman  ini.  Air  menggenang  dapat  mengundang  penyakit  jamur  perusak  akar hingga  tanaman  layu  (mati).  Apabila  kekeringan  air, maka  tamanan akan  kurus, daun,  bunga  dan  buah  rontok.  Tinggi  air  yang  ideal  tidak  lebih  dalam  daripada 50–150 cm dari permukaan tanah. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m di atas permukaan laut.

2.3.  Budidaya Pepaya California
Menurut  Sari  (2005),  kegiatan  budidaya  pepaya  California  meliputi: persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

2.3.1.  Persiapan Bibit
Persiapan  bibit  untuk  budidaya  pepaya  California  diambil  dari  pohon induk  yang  sudah  berumur  dua  tahun  dan  masak  di  pohon  atau  buahnya  sudah cukup  tua  dengan  kriteria  rasa  buah  manis,  berkulit halus,  bebas  hama  dan penyakit dan dipilih dari buah yang bentuknya lonjong. Biji diambil dari bagian buah  yang  di  tengah,  kemudian  dicuci  dan  dibersihkan  lapisan  kulit  bijinya.
Setelah  itu,  biji  direndam  dalam  toples  yang  berisi air  selama  satu  malam  dan dijemur  di  bawah  sinar  matahari  selama  dua  hari  untuk  kemudian  siap  untuk digunakan.

2.3.2.  Persemaian
Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polibeg, dimana media  tanamnya  adalah  tanah  yang  cukup  gembur  dan  dicampur  dengan  pupuk kompos.  Setelah itu,  dilakukan  penyemaian dengan  memasukkan satu biji benih (bibit)  pepaya  ke  dalam  polibeg  yang  sudah  berisi  tanah  dengan  kedalaman  0,5 hingga 1 cm.

2.3.3.  Penanaman
Sebelum  dilakukan  penanaman,  lahan  perlu  dibersihkan  terlebih  dahulu, kemudian  dilanjutkan  dengan  membuat  lubang  tanam.  Penanaman  dilakukan setelah bibit siap tanam dan telah berumur 45 hari  setelah semai. Bibit yang siap dipindahkan  harus  sudah  mempunyai  ketinggian  tanaman  berkisar  antara  12 hingga 15 cm dan tidak menunjukkan gejala terseranghama dan penyakit.

2.3.4.  Pemeliharaan
            Pada proses pemeliharaan perlu dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu:
penyiraman,  penyulaman,  penyiangan,  pemupukan,  pembumbunan  dan
pengendalian  hama  dan  penyakit.  Kegiatan  pemeliharaan  ini  harus  lebih  teliti
dilakukan  agar  jumlah  dan  kualitas  produksi  buah  pepaya  California  yang
dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pasar.
           
2.3.5.  Panen dan Pasca Panen
            Pemanenan pepaya California yang paling ideal adalah pada pagi hari dan dapat  dilakukan  seminggu  sekali  tergantung  pada  tingkat  kematangan  buah. Pepaya  California  dapat  dipanen  pada  umur  10  bulan  setelah  tanam.  Teknik pemanenan  dapat  dilakukan  dengan  langsung  memetik  buah,  kemudian dikumpulkan dalam  keranjang dan  disimpan di tempat yang  teduh.  Getah buah dibiarkan keluar agar tidak mengenai kulit buah. Buah yang sudah dikumpulkan kemudian  diangkut  dari  kebun  ke  bangsal  pengolahan  dengan  menggunakan mobil  angkutan.  Di  bangsal  pengolahan  buah-buahan  tersebut  disimpan  untuk dihitung  dari  hasil  panen  yang  didapat.  Bentuk  buah pepaya  California  dapat beragam mulai dari yang bentuknya bulat hingga bentuk lonjong.

2.3.6. Peluang Usaha
Pengembangan budidaya pepaya dan pengolahan papain memiliki prospek yang relatif bagus di Kabupaten Bogor karena kesesuaian agroklimat dan aksesibilitas ke berbagai daerah konsumen. Relatif rendahnya produksi dalam negeri, relatif tingginya impor, serta relatif tingginya nilai tambah yang dihasilkan dari usaha pengolahan papain merupakan peluang usaha yang perlu dimanfaatkan. Dengan demikian cukup relevan untuk mengintegrasikan usaha pengolahan papain dalam pengembangan pepaya di Kabupaten Bogor.
Untuk membuktikan potensi pasar pepaya, Muhamad Ishak Akbar, Ketua Kelompok Asta Agro Group di Desa Pasirgaok, Rancabungur, Bogor, mengaku pernah melakukan survei. Menurutnya, kebutuhan buah asal Amerika dan Karibia di wilayah Jabodetabek saja mencapai 12 ribu ton per tahun.
Hitungannya, jika satu juta penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) rutin mengonsumsi satu kilo pepaya per bulan, maka dibutuhkan 12 juta kg atau 12 ribu ton pepaya per tahun. “Sementara itu, produksi baru mencapai 500— 600 ribu ton per tahun. Jadi,  masih ada peluang pasar 600 ribu—700 ribu ton per tahun.

2.3.7. Isu – Isu Penting
            Pepaya (Carica papaya L.) sebenarnya berasal dari Mexico. Beruntunglah kita yang tinggal di negara tropis. Pepaya dapat tumbuh subur dan mudah ditemukan di mana-mana. Buah, getah, biji, dan daunnya mengandung papain, enzim yang membantu kita mencerna protein. Ekstrak papain sudah digunakan sebagai bahan suplemen enzim pencernaan dan sebagai bahan dalam beberapa jenis permen karet. Enzim ini lebih banyak ditemukan pada pepaya mentah.
Sebagai kudapan, buah ini bisa dinikmati dengan berbagai cara. Daging buah pepaya muda dapat ditumis atau dijadikan rujak. Daging buah masak dimakan segar atau sebagai koktil buah. Daunnya bisa dimakan sebagai lalapan (setelah dilayukan dengan air panas), atau untuk pembungkus buntil. Daun dan bunganya juga dapat ditumis. Daun pepaya juga sering dipakai untuk membungkus daging agar cepat lunak.
Biji pepaya, di luar dugaan, juga bermanfaat, karena itu jangan membuangnya. Biji hitam dengan selaput bening ini memiliki nutrisi penting dengan khasiat sebagai berikut: Antibakteri, yang efektif melawan bakteri E. coli, Salmonella, dan infeksi Staphylococcus.Menjaga kesehatan ginjal. Ekstrak biji pepaya mampu melindungi ginjal dari racun yang memicu problem gagal ginjal.
Membunuh parasit dalam pencernaan. Sudah ditemukan bukti bahwa biji pepaya mampu memberantas parasit dalam pencernaa. Dalam sebuah studi terhadap anak-anak Nigeria yang mengidap parasit dalam pencernaan, 76,6 persennya dinyatakan bebas parasit setelah tujuh hari mengonsumsi biji pepaya.
Membersihkan hati dari racun-racun. Dalam pengobatan China, satu sendok teh biji pepaya dapat membantu mendetoksifikasi hati (liver). Oleh karena itu biji pepaya sering direkomendasikan dokter-dokter naturopati untuk perawatan cirrhosis liver atau pengerasan hati. (kompaas.com 2012)



BAB III
PEMBAHASAN
3.1.  Pendapatan dan Biaya Usahatani
            Soeharjo dan Patong (1973) mendefenisikan pendapatan sebagai balas jasa dari  kerja  sama  faktor  –  faktor  produksi  lahan,  tenaga  kerja,  modal,  dan pengelolaan  (manajemen).  Pendapatan  dapat  didefenisikan  sebagai  sisa  dari pengurangan nilai penerimaan yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya  pendapatan  usahatani  tergantung  pada  besarnya  penerimaan  dan pengeluaran  selama  jangka  waktu  tertentu.  Penerimaan  merupakan  hasil  kali jumlah  produksi  total  dan  harga  jual  per  satuan.  Sedangkan  pengeluaran  atau biaya  adalah  nilai  penggunaan  sarana  produksi,  upah dan  lain-lain  yang dibebankan  pada  proses  produksi  yang  bersangkutan.  Besar  kecilnya  tingkat pendapatan  yang  diperoleh  petani  dipengaruhi  antara lain  :  (1)  skala  usaha,  (2) ketersediaan  modal,  (3)  tingkat  harga  output,  (4)  ketersediaan  tenaga  kerja keluarga, (5) sarana transportasi, (6) sistem pemasaran, (7) kebijakan pemerintah dan sebagainya (Soekartawi dkk, 1986).
Biaya  usahatani  dapat  berbentuk  biaya  tunai  dan  biaya  yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian  sarana  produksi,  biaya  pembelian  bibit,  pupuk  dan  obat-obatan  serta biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa  sebenarnya  pendapatan  kerja  petani,  modal  dan  nilai  kerja  keluarga. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yangberlaku. Biaya penyusutan alat-alat  pertanian  dan  sewa  lahan  milik  sendiri  dapat  dimasukkan  dalam  biaya yang  diperhitungkan.  Biaya  dapat  juga  diartikan  sebagai  penurunan  inventaris usahatani.  Nilai inventaris  suatu  barang  dapat  berkurang  karena  barang  tersebut rusak, hilang atau terjadi penyusutan.

3.1.1.  Konsep Pemasaran
            Pemasaran  adalah  suatu  proses  sosial  dan  manajerial  yang  membuat individu  dan  kelompok  memperoleh  apa  yang  mereka  butuhkan  serta  inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produkdan nilai dengan orang lain. Pemasaran  umumnya  dilihat  sebagai  tugas  menciptakan,  mempromosikan,  serta menyerahkan barang dan jasa ke konsumen dan perusahaan lain. Pemasaran yang efektif  dapat  dilakukan  melalui  banyak  bentuk.  Pemasaran  diawali  dengan pemahaman tentang kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen akan produk dimana  konsumen  mengharap  nilai  produk  tersebut  bermanfaat  serta  sesuai dengan biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan. Produk tersebut dapat dijumpai di pasar dalam sebuah transaksi dengan produsen/pemasarnya. Adanya kebutuhan dan  keinginan  manusia  menimbulkan  permintaan  terhadap  produk  tertentu  yang didukung  oleh  kemampuan  membeli.  Produk  tersebut  diciptakan  untuk memuaskan  kebutuhan  atau  keinginan  manusia,  sehingga  timbul  proses pertukaran untuk  memperoleh  produk  yang  diinginkan  atau  dibutuhkan  dengan mnawarkan sesuatu sebagai gantinya (Kotler, 2002).
Menurut  Kotler  (1987),  konsep  pemasaran  yakin  bahwa  pencapaian sasaran  organisasi  tergantung  pada  penentuan  kebutuhan  dan  keinginan  pasar sasaran dan penyampaian kepuasan yang didambakan itu lebih efektif dan efisien ketimbang pesaing.

3.1.2.  Lembaga dan Fungsi-Fungsi Pemasaran
           

Gambar 2. Konsep-Konsep Inti Pemasaran (Kotler, 1987)
Tataniaga  merupakan  suatu  kegiatan  manusia  yang  diarahkan  untuk memuaskan  kebutuhan  dan  keinginan  melalui  proses  pertukaran,  yaitu  meliputi kegiatan  untuk  memindahkan  barang  dan  jasa  dari  produsen  ke  konsumen.
Pengertian tataniaga dapat dilihat dengan pendekatan manajerial (aspek pasar) dan aspek  ekonomi.  Berdasarkan  aspek  manajerial,  tataniaga  merupakan  analisis perencanaan  organisasi,  pelaksanaan  dan  pengendalian  pemasaran  untuk menentukan kedudukan pasar. Ditinjau dari aspek ekonomi, tataniaga merupakan distribusi  fisik  dan  aktivitas  ekonomi  yang  memberikan  fasilitas-fasilitas  untuk bergerak, mengalir, dan pertukaran komponen barang  dan jasa dari produsen ke konsumen.  Selain  itu,  tataniaga  merupakan  kegiatan  produksi  karena meningkatkan, menciptakan nilai guna bentuk, waktu,tempat, dan kepemilikan.
Tataniaga  pertanian  dapat  diartikan  sebagai  semua  bentuk  kegiatan  dan usaha  yang  berhubungan  dengan  perpindahan  hak  milik dan  fisik  dari  barangbarang  hasil  pertanian  dan  kebutuhan  usaha  pertanian  dari  tangan  produsen  ke konsumen,  termasuk  didalamnya  kegiatan-kegiatan  tertentu  yang  menghasilkan perubahan  bentuk  dari  barang  untuk  mempermudah  penyalurannya  dan memberikan  kepuasaan  yang  lebih  tinggi  kepada  konsumen  (Limbong  dan Sitorus, 1987).

3.1.3.  Analisis Saluran dan Efisiensi Pemasaran
Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yangsaling bergantung dan terlibat  dalam  proses  mengupayakan  agar  produk  atau jasa  tersedia  untuk dikonsumsi.  Keputusan-keputusan  saluran  pemasaran  termasuk  diantara keputusan  paling  penting  yang  dihadapi  konsumen.  Saluran  yang  dipilih  sangat mempengaruhi  keputusan  pemasaran  lainnya.  Saluran  pemasaran  melaksanakan tugas  memindahkan  barang  dari  produsen  ke  konsumen. Hal  itu  mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang  dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan atau menginginkannya (Kotler, 2002).
Limbong  dan  Sitorus  (1987)  mendefinisikan  saluran  tataniaga  sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga  yang menjalankan  fungsi-fungsi  tataniaga.  Beberapa  faktor  yang  harus dipertimbangkan  dalam  memilih  saluran  tataniaga  yaitu  adanya  pertimbangan pasar,  yang  meliputi  konsumen  sasaran  akhir  mencakup  pembeli  potensial, konsentrasi pasar secara geografis, volume pesanan,dan kebiasaan pembeli.
1. Pertimbangan  barang,  yang  meliputi  nilai  barang  per unit,  besar  dan  berat barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, danapakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar.
2. Pertimbangan  internal  perusahaan,  yang  meliputi  sumber  permodalan, kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran, dan pelayanan penjualan.
3. Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga perantara,  kesesuaian  lembaga  perantara  dengan  kebijaksanaan  produsen,  dan pertimbangan biaya.
Tataniaga  disebut  efisien  apabila  tercipta  keadaan  dimana  pihak-pihak yang  terlibat  baik  produsen,  lembaga-lembaga  tataniaga  maupun  konsumen memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniaga tersebut (Limbong dan Sitorus, 1987). Indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan efisiensi tataniaga adalah  marjin  tataniaga,  harga  tingkat  konsumen,  tersedianya  fasilitas  fisik tataniaga, dan intensitas persaingan pasar.







3.1.4. Margin Pemasaran
            Marjin adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat juga dinyatakan sebagai nilai  dari  jasa-jasa  pelaksanaan  kegiatan  tataniaga sejak  dari  tingkat  produsen sampai  ke  titik  konsumen  akhir.  Kegiatan  untuk  memindahkan  barang  dari  titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun materi.
Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan  komoditi dari produsen ke konsumen disebut sebagai biaya tataniaga. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari  lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir.Semakin banyak lembaga yang  terlibat  dalam  penyaluran  suatu  komoditi  dari  titik  produsen  sampai  titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen  dibandingkan  dengan  harga  yang  akan  dibayar  oleh  konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987).



BAB IV
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
            Untuk  rata-rata  luas  lahan  0,94  hektar  dan jumlah  tanaman  1.429  pohon yang  dimiliki  petani  responden  di  desa  Cimande  dan  desa  Lemahduhur, kecamatan  Caringin,  kabupaten  Bogor,  dapat  disimpulkan  bahwa  petani responden nilai R/C ratio atas  total  biaya sebesar  rata-rata  3,59 dan  R/C ratio atas biaya tunai sebesar rata-rata 4,05. Karena nilai dari kedua R/C tersebut lebih dari satu, maka usahatani pepaya California tersebut masih memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan. Dari segi perbandingan skala usaha disimpulkan bahwa semua petani responden di  lokasi  penelitian  (baik  skala  kecil,  skala  menengah,  dan  skala  besar) memperoleh  keuntungan  karena  nilai  R/C  atas  biaya  tunai  maupun  nilai R/C atas total biaya yang diperoleh petani tersebutlebih besar dari satu.
            Agar mampu menembus pasar pepaya lokal maupun ekspor, petani harus pandai memilih varietas pepaya yang akan dikembangkan. Hal ini sudah dilakukan petani dari kelompok Asta Agro Grup di Pasirgaok. Kunardi, salah satu pelopor kelompok, mengatakan, usaha tani pepaya varietas California cukup menjanjikan keuntungan. Setahun  sudah bisa balik modal. Dengan masa produksi hingga tiga tahun, pada panen tahun kedua dan tiga petani tinggal menikmati keuntungan. “Apalagi, harga pepaya jenis California lebih bagus dibandingkan pepaya Bangkok,” ungkap Kunardi.
Harga pepaya Hawaii di kebun mencapai Rp4.500—Rp.6.500 per kg dan Rp10.000 per kg di pasaran. Sedangkan harga pepaya California di kebun berkisar Rp2.000—Rp4.000 per kg dan Rp6.000—Rp8.000 per kg di pasaran. Bandingkan dengan harga pepaya Bangkok yang hanya Rp700—Rp800 per kg dan Rp2.000-an di pasaran.

4.2 Saaran
            Berdasarkan  nilai  rasio  keuntungan  dan  biaya,  bisa  dikatakan  bahwa masing-masing  saluran  pemasaran  sudah  efisien.  Sehingga  disarankan untuk  setiap  petani  agar  mempertahankan  pola  salurannya.  Agar  proses pemasaran  dapat  berjalan  dengan  baik  dan  keuntungan yang  diperoleh petani  dapat  lebih  tinggi,  maka  perlu  dianjurkan  adanya  suatu  wadah (seperti:  koperasi)  yang  bisa  menampung  hasil  panen dari  setiap  petani, dengan tujuan agar harga jual pepaya yang diterima oleh petani dapat lebih terjamin/lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
Purba Pandapotan A. 2008. Analisis Saluran Pemasaran Pepaya California. IPB.
Bogor.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2012. Petunjuk Umum Program Peningkatan
Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Hortikultura Berkelanjutan. Jakarta
Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)
Kompas.com

Depoknews.com

Demikian mengenai Makalah Saluran Pemasaran Pepaya California semoga bermanfaat ^_^

0 comentar :

Post a Comment